Thursday, March 04, 2010


Salahuddin : Tokoh Kebangkitan

Salahuddin dibesarkan sama seperti anak-anak orang Kurdi biasa. Pendidikannya juga seperti orang lain, belajar ilmu-ilmu sains di samping seni peperangan dan mempertahankan diri. Tiada seorangpun yang menyangka sebelum ia menguasai Mesir dan menentang tentara Salib bahwa anak Kurdi ini suatu hari nanti akan merampas kembali Palestina dan menjadi pembela akidah Islamiah yang hebat. Dan tiada siapa yang menyangka pencapaiannya demikian hebat sehingga menjadi contoh dalam memerangi kekufuran hingga ke hari ini.
Walau bagaimanapun Allah telah mentakdirkannya untuk menjadi pemimpin besar pada zamannya dan Allah telah menyediakan dan memudahkan jalan-jalannya untuk menjadi pemimpin agung itu. Ketika ia menjadi tentara Al-Malik Nuruddin, Sultan Aleppo, ia diperintahkan untuk pergi ke Mesir. Pada masa itu Mesir diperintah oleh Dinasty Syi'ah Fatimiyyah yang tidak bernaung di bawah khalifah. Bahauddin bin Shaddad, penasihat utama Salahuddin telah menulis bahwa Salahuddin sangat berat dan memaksa diri untuk pergi ke Mesir bagaikan orang yang hendak di bawa ke tempat pembunuhan (Bahauddin, 1234).
Tetapi itulah sebenarnya apa yang dimaksudkan dengan firman Allah, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu" (Al-Baqarah:216)

Monday, November 16, 2009

Musthalahul Hadist


Hadist adalah segala perbuatan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari nabi Muhammad yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama islam selain Al Quran, Ijma, dan Qiyas. Dimana dalam hal ini hadist menduduki peringkat kedua dalam sumber hukum setelah Al-Quran.

Struktur Hadits
Secara struktur hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).
Contoh:Musaddad mengabari bahwa Yahyaa sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW bahwa beliau bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri" (Hadits riwayat Bukhari).

Tuesday, August 25, 2009

Fadhilah ASMA-UL-HUSNA


Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud:

"ALLAH mempunyai Asmaa-Ul-Husna (nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat ALLAH S.W.T.), maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaa-ul-husna itu." - (Surah Al-A'raf:180)

"Katakanlah: "Serulah ALLAH atau serulah AR-RAHMAN. Dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai al asmaul husna (nama-nama yang terbaik)

"Dialah ALLAH, tiada Tuhan melainkan Dia, Dia mempunyai al-asmaul-husna (nama-nama yang baik)"- (Surah Thaha:8)

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda:

"Sesungguhnya Allah s.w.t mempunyai 99 nama, iaitu seratus kurang satu, barangsiapa menghitungnya (menghafal seluruhnya) masuklah ia kedalam syurga" - Riwayat Bukhari

Adapun ASMA-UL-HUSNA adalah merupakan nama-nama Allah s.w.t. yang terkandung didalam Al-Quran dimana pada tiap-tiap nama tersebut mengandungi khasiatnya masing-masing seperti kita akan ketahui dibawah ini:

Sunday, August 23, 2009

Rukun Nikah

Rukun adalah bagian dari sesuatu, sedang sesuatu itu takkan ada tanpanya.Dengan demikian, rukun perkawinan adalah ijab dan kabul yang muncul dari keduanya berupa ungkapan kata (shighah). Karena dari shighah ini secara langsung akan menyebabkan timbulnya sisa rukun yang lain.

• Ijab: ucapan yang terlebih dahulu terucap dari mulut salah satu kedua belah pihak untuk menunjukkan keinginannya membangun ikatan.

• Qabul: apa yang kemudian terucap dari pihak lain yang menunjukkan kerelaan/ kesepakatan/ setuju atas apa yang tela siwajibkan oleh pihak pertama.

Dari shighah ijab dan qabul, kemudian timbul sisa rukun lainnya, yaitu:

Adanya kedua mempelai (calon suami dan calon istri)

Wali

Saksi


Shighah akad bisa diwakilkan oleh dua orang yang telah disepakati oleh syariat, yaitu:

• Kedua belah pihak adalah asli: suami dan istri
• Kedua belah pihak adalah wali: wali suami dan wali istri
• Kedua belah pihak adalah wakil: wakil suami dan wakil istri
• Salah satu pihak asli dan pihak lain wali
• Salah satu pihak asli dan pihak lain wakil
• Salah satu pihak wali dan pihak lain wakil

Wednesday, July 22, 2009

Pilar Bangsa Telah Roboh


Nabi besar Muhammad Saw, bersabda:
“Tegaknya bangsa di dunia ini karena empat pilar: Dengan ilmunya para Ulama, melalui keadilan para pemimpin, dengan kedermawanan orang kaya dan dengan doanya orang-orang miskin.”

Seluruh pilar-pilar yang disampaikan oleh penyelamat ummat, Sang Nabi Saw, benar-benar telah roboh hari ini, di negeri yang gemah ripah loh jinawi, Indonesia. Seperti kata seorang Sufi besar, Ahmad ibnu Athaillah as-Sakandary, “Bukan mata kepala yang buta, tetapi mata hati yang ada di dalam dada, sebagaimana diungkap oleh Al-Qur’an, ‘Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta tetapi yang buta adalah hati yang ada di dada.’”

Dari seluruh pilar-pilar yang menjadi syarat tegaknya sebuah bangsa yang beragama, benar-benar satu persatu roboh. Setiap kita menjenguk nusantara kita, diri kita seperti menyaksikan puing-puing peradaban, begitu sadar kembali, negeri ini tiba-tiba berubah menjadi rimba, kala yang dipenuhi oleh binatang-binatang raksasa buas, melumat siapa saja yang lemah tak berdaya. Yang bermunculan adalah kebinatangan, kebuasan, hewaniyah dan kalau toh menampakkan diri dalam sehari-hari, mereka kadang berubah menjadi berhala-berhala, sangat sombong, sangat arogan, sinis, penuh intrik dan kemunafikan yang secara keseluruhan telah menjadi kedzoliman yang sistematis.

Wednesday, May 07, 2008


In memoriam Chrismansyah Rahadi






(*)
Bm A G# G
Apakah kita semua
E
Benar-benar tulus
F G
Menyembah pada-Nya
Bm A G# G
Atau mungkin kita hanya
E
Takut pada neraka
F G
Dan inginkan surga

Reff: Bm A G# G
Jika surga dan neraka tak pernah ada
E F G
Masihkan kau bersujud kepada-Nya
Bm A G# G
Jika surga dan neraka tak pernah ada
E F G
Masihkah kau menyebut nama-Nya

(**) Bm A G# G
Bisakah kita semua
E F G
Benar-benar sujud sepenuh hati
Bm A G# G
Kar'na sungguh memang Dia
E
Memang pantas disembah
F G
Memang pantas dipuja

Kembali ke: Reff, (*), (**), Reff


Menjaga amanat orang tua

Dalam sebuah kisah Imam Al-Ghazali bercerita bahwa di sebuah perbukitan yang indah, berdirilah sebuah rumah yang anggun dan sedap dipandang mata. Di sekelilingnya, ditumbuhi berbagai pepohonan yang rindang. Halamannya, penuh dengan rerumputan dan bunga-bunga yang menebar keharuman. Begitu asri dan memberikan rasa nyaman bagi siapapun yang menghuninya, karena memang dirawat sedemikian rupa dengan perawatan yang alami.



Di kesenjaan usianya, si shahibul bait itu berwasiat kepada anaknya agar senantiasa menjaga dan merawat pohon, rerumputan dan tanaman yang harum itu sebaik mungkin. Demikian pentingnya, sampai-sampai ia berkata "Selama engkau masih bertempat tinggal di rumah ini, jangan sampai tanaman itu rusak, apalagi hilang".

Beberapa waktu kemudian, si shahibul bait wafat, sang anak menjalankan apa yang telah dititahkan mendiang ayahnya dengan
sungguh-sungguh. Rumah itu betul-betul dirawat, demikian juga rerumputannya. Tidak hanya itu, si anak kemudian bernisiatif untuk mencari jenis tanaman lain yang menurutnya lebih indah dan lebih harum untuk ditanam di halaman rumah. Maka, rumah itu semakin menggoda untuk dilihat dan dinikmati.

Sang anak tadi menjadi tambah berbunga-bunga hatinya, dalam benaknya terlintas kebanggaan tersendiri bahwa dirinya telah berhasil menjalankan amanah dengan menjaga pepohonan dan rumput yang menjadi penyejuk rumah lebih dari yang diperintahkan orang tuanya. Bahkan akhirnya, tumbuhan baru yang ditanam si anak, mengalahkan rumput "asli" baik dari segi keelokan maupun harumnya.

Namun yang patut disayangkan, rumput dan tanaman yang pernah diwasiatkan orang tuanya akhirknya ditelantarkan. Sebab, sudah ada rumput lain yang lebih bagus, lebih sejuk dipandang dan sebagainya. Bahkan, saat rumput yang dititahkan oleh orang tuanya untuk menjaga tersebut rusak, dan tak ada penyesalan dalam hati si anak. "Toh, sudah ada rumput yang lebih bagus", pikirnya.

Selanjutnya beberapa waktu kemudian sang anak mendapati rumput asli peninggalan orang tuanya itu rusak, dan musnah tak tersisa. Akibatnya bukan kenyamanan dan ketentraman yang didapat, rumah itu lambat laun menjelma menjadi tempat istirahat yang menakutkan. Betapa tidak, rumah itu dimasuki berbagai macam ular besar dan kecil yang membuat si anak tersebut
harus meninggalkan rumah itu.

Mencermati cerita ini, Al-Ghazali memaknai wasiat orang tua itu dengan dua hal. Pertama, agar sang anak bisa menikmati keharuman rumput yang tumbuh di sekeliling rumahnya. Dan makna ini bisa ditangkap dengan baik oleh nalar si anak. Kedua, agar rumah tersebut aman. Sebab, aroma rumput itu, dapat mencegah masuknya ular ke dalam rumah yang tentu berpotensi mengancam keselamatan penghuninya. Namun makna ini tidak ditangkap oleh nalar sang anak.

(Disarikan dari: Qadliyyah al-Tashawwuf al-Munqidh Min al-Dlalal)

sungguh orang tua semacam ini telah memberikan kemudahan-kemudahan yang tinggal dijalani, InsyaAllah sang anak tidak akan direpotkan dengan penambahan-penambahan yang tidak perlu dan bahkan cenderung boros. Kita tinggal menggarap urusan yang lebih penting dibandingkan mengurusi urusan lips-service ataupun keindahan semu yang dikemudian hari berpotensi menjadi bumerang